IGPKHI Provinsi Banten

Berfoto bersama selepas lomba pantomim.

Kabar Banten

Penampilan tari Genjring Party oleh anak berkebutuhan khusus.

Edukasi Corona Virus

Bersama lawan corona.

Tentang Sekolah Kami

Birunya langit menambah keindahan lingkungan sekolah kami

Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2019/2020

Kami hadir untuk memberikan pelayanan dan pendidikan terbaik untuk calon peserta didik berkebutuhan khusus di Kota Serang, Provinsi Banten

Kamis, 30 November 2023

MARS GURU PENGGERAK

Guru SLB/SKh identik dengan bisa berbahasa isyarat. Nah, karena itu saya mendapat kepercayaan untuk menjadi penerjemah bahasa Isyarat lagu Indonesia Raya dan Mars Guru Penggerak pada acara Lokakarya 7-Panen Karya Guru Penggerak Angkatan 8, Kota Serang Banten yang akan digelar Sabtu, 02 Desember 2023 di SMK 2 Kota Serang. 

Berikut adalah lirik lagu Mars Guru Penggerak bagi teman-teman yang sedang mencari, seperti saya sebelum menuliskannya. Semoga bermanfaat.

MARS GURU PENGGERAK
Commposer: Aris SP.

Bulatkan tekad kuatkan hati
Negeri ini memanggilmu kawan
Belajar bergerak berbagi untuk negeri
Guru penggerak majukan pendidikan

Guru penggerak menghamba pada murid
Kreatif rancang pembelajaran
Hargai potensi tingkatkan prestasi
Lahirkan profil pelajar Pancasila

Reff

Belajar bergerak berbagi untuk negeri
Kita menjalin kolaborasi
Belajar bergerak berbagi untuk negeri
Demi bakti pada ibu pertiwi


Minggu, 24 September 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 


Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh Yanti Lisnawati
Guru SKh. Negeri 02 Kota Serang
CGP Angkatan 8

Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri) berdasarkan panduan pertanyaan berikut.

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Pratap Triloka terdiri dari tiga semboyan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Semboyan tersebut memiliki arti di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi dan di belakang memberikan dukungan. Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara tersebut menyadarkan guru untuk memberikan tauladan yang baik dengan karakter dan perbuatan yang baik sehingga siswa dapat memiliki figur teladan yang baik untuk membentuk pribadinya yang unggul. Sebagai pemimpin pembelajaran guru dapat menuntun siswa dengan segala kodratnya untuk mampu mengembangkan potensi yang dimiliki, salah satunya dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi, budaya positif, dan KSE. 

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri tentu berpengaruh kepada prinsip pengambilan keputusan yang kita ambil karena pikiran digerakkan oleh apa yang kita pahami dan yakini kebenarannya. Keputusan yang diambil tentu juga membawa pengaruh terhadap orang-orang di sekitar yang terlibat dengan keputusan tersebut secara langsung pun tidak langsung. Oleh karena itu, perlu suatu keterampilan dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diajarkan. Dalam pembelajaran, keputusan yang dibuat harus berpihak pada murid.

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan dengan metode coaching dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Keterampilan mengajukan pertanyaan, mengajukan berbagai opsi untuk menemukan solusi memerlukan kesadaran diri serta keterampilan berelasi dalam hal kemampuan membangun kemitraan, memancing coachee agar berbicara terbuka dengan mengajukan pertanyaan berbobot hingga akhirnya dapat mengambil keputusan yang bijak.

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kematangan sosial emosional seorang guru dalam pengambilan suatu keputusan akan berpengaruh besar terutama dalam masalah dilema etika (benar vs benar). Oleh karena itu, seorang dalam memutuskan perkara dilema etika mesti berpegang pada tiga hal penting yaitu regulasi, policy atau wisdom.

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Studi kasus tentang masalah moral atau etika dapat melatih ketajaman dan keterampilan seorang pendidik dalam menentukan permasalahan termasuk pada bujukan moral atau dilema etika serta cara mengatasinya.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat akan meminimalisasi konflik akibat ketidakpuasan terhadap penyelesaian masalah yang diambil alhasil dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif aman dan nyaman.

  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang ada dalam pengambilan keputusan dilema etika adalah bahwa pengambilan keputusan berdasarkan pada rasa tidak enak, takut menghadapi konflik, dan menutup masalah tanpa menyelesaikan penyebab masalahnya ahirnya kembali pada kebijakan pemimpin yang tidak ajeg dan mudah goyah.

  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Sangat berpengaruh, karena keputusan yang kita ambil dapat membantu murid mendapatkan layanan belajar sesuai dengan kebutuhannya serta akan membantunya untuk mandiri dan berpikir dewasa sesuai kemampuannya masing-masing.

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru menjadi teladan bagiurid-muridnya, termasuk juga dalam pengambilan keputusan. Cara guru mengambil keputusan selain berdampak pada murid juga akan ditiru oleh muridnya. Setelah dapat berpikir matang, murid akan dapat menilai baik atau buruk keputusan yang diambil tersebut.

  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pengambilan keputusan didasarkan pada kemampuan kita membedakan benar salah jika bujukan moral, memilih di antara benar vs benar jika dilema etika, kemudian kematangan emosi dan sosial. Pengambilan keputusan berdasarkan pada filosofi pratap Triloka. Dilakulan dengan kesadaran penuh mindfulness dan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan teknik coaching. 

  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Empat paradigma pengambilan keputusan:
1. Individu lawan masyarakat (individual vs community
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Kemudian berdasar tiga prinsip yaitu:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking),
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking),
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Serta sembilan langkah pengujian keputusan.
1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian benar atau salah.
     Uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
6. Melakukan Prinsip Resolusi.
7. Investigasi Opsi Trilema.
8. Buat Keputusan.
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan.

  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bila mana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, lebih tepatnya mengalami kasus dilema etika. Saat itu, keputusan diambil berdasarkan kepentingan bersama dan untuk tujuan bersama, hanya saja dalam menjalankannya tidak menggunakan prinsip, paradigma dan pengujian sebagaimana dalam modul.

  • Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep penting dalam mengambil keputusan sesudah mempelajari modul ini adalah pada bagian mempertimbangkan suatu keputusan berdasarkan tiga hal penting yaitu regulasi, policy, wisdom.

  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting dalam membantu saya menyiapkan diri dalam menghadapi kasus bujukan moral ataupun dilema etika serta memberi bekal keterampilan cara menyelesaikannya baik secara individu maupun seorang pemimpin.




Senin, 29 Mei 2023

PGP-Koneksi antar Materi-tugas modul 1.1.a.8

 MENCIPTA RUANG GERAK AMAN DAN MENYENANGKAN 

Oleh Yanti Lisnawati
Guru Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang

Tulisan ini merupakan kesimpulan dan refleksi pengetahuan dan pengalaman baru yang dipelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

Berada di tengah anak istimewa bukan sebuah kebetulan. Ada beragam cerita dan pengalaman yang didapat dari anak-anak berkebutuhan kelas. Mulai dari datang hingga menjelang pulang. Dari pertama bertatap hingga berjabat tangan, salaman. 

Berbagai tingkah laku murid terkadang membuat sering mengernyitkan dahi. Berpikir mesti bagaimana menangani keberagaman karakter anak-anak. Perlu diketahui saat ini, saya mengajar lima anak berkebutuhan khusus autism usia tujuh dan delapan tahun. Meski berada dalam satu rombel, tetapi karakteristik mereka satu sama lain berbeda. Mereka dicipta dengan keunikan masing-masing, seakan memberi jalan pada gurunya untuk terus berpikir menemukan cara atau teknik mengajar agar muridnya dapat belajar, setidaknya dapat mengikuti instruksi. 

Pandangan saya sebelum mempelajari modul pun, telah mengakui bahwa murid sudah terlahir dengan potensi dan keunikan masing-masing. Oleh karenanya mereka membutuhkan cara dan metode khusus untuk belajar. Memberikan porsi belajar sesuai dengan kemampuan anak didik berdasarkan hasil asesmen. 

Namun, pada praktiknya saya tidak dapat maksimal melayani dan memberikan pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kemampuan anak. Terkadang dalam pemberian LKS disamakan antara yang sudah mampu membaca dengan yang belum. disebabkan ketidaksiapan saya sebagai guru dengan tugas tambahan lain yang diemban. 

Hal lainnya, yaitu pembelajaran yang diberikan masih berpatokan pada buku paket dan belum mengedepankan pembelajaran bermakna dan kurang memperhatikan adanya kodrat alam serta kodrat zaman yang melekat pada anak. Selain itu, sangat jarang pula melibatkan murid untuk berdiskusi dan melakukan refleksi pembelajaran karena beberapa anak masih susah berkomunikasi meski secara non verbal.  

Setelah beberapa kali berinteraksi dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, sedikitnya ada timbal balik yang diterima. Kenapa hanya sedikit? ya, karena saya merasa masih perlu membaca dan memahami lagi pemikiran-pemikiran KHD langsung dari bukunya yang belum saya dapatkan, belum cukup jika hanya mengandalkan website atau dari media data berbasis internet saja. 

Timbal balik yang dimaksud adalah adanya sebuah perubahan dalam cara pandang. Memandang anak-anak selain sebagai murid juga menjadi partner dalam pembelajaran. Demikian juga, timbul pemikiran yang berlanjut dengan merangkai konsep bahwa saya tidaklah mesti menjadi sentral dalam kegiatan belajar. Perlu melibatkan peserta didik dalam diskusi dan refleksi dimulai dari hal sederhana dengan bahasa yang mudah dipahami. Perlu juga untuk terus menggali berbagai teknik pengajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk aktif dan menyenangkan. Tak kalah pentingnya adalah memberikan ruang bagi murid untuk memberikan respon sesuai caranya, pada setiap sesi kegiatan. Diikuti oleh pemberian reward sebagai penguat perilaku positif.

Semua itu pada hakikatnya, ingin memfasilitasi dan memotivasi murid untuk dapat mengolah gerak pikiran, perasaan, dan kehendak. Memadukan cipta, rasa, dan karya hingga selaras dalam menjalani hidup dan kehidupannya di tengah keluarga juga masyarakat. Hal tersebut tentu membutuhkan sebuah ekosistem yang kondusif yaitu ekosistem kecil di rumah, di dalam keluarga. 

Dengan kata lain, ingin menuntun murid hingga dapat bertumbuh mandiri dan dapat bersosialisasi di masyarakat. 

Beberapa upaya yang kemudian dapat diterapkan di kelas di antaranya dengan mencoba menciptakan tempat belajar yang kondusif. Ibarat petani yang menyiapkan lahan sebelum bertanam. Melakukan penataan ulang terhadap setting kelas, sarana dan prasarana dengan memaksimalkan kondisi yang ada. Membuat sudut-sudut kelas menjadi sentra kegiatan yang disukai anak. Memberi penamaan atau identitas pada alat, sentra kegiatan. Menyediakan kartu pilihan aktivitas yang dapat membantu murid dalam berkomunikasi, menyampaikan keinginannya. 

Sebagai penunjang, terdapat kartu emoticon sebagai penguat perilaku positif. Selain itu, untuk membantu murid memahami suasana hati dan perasaan yang sedang terjadi. Hal ini penting sekali, karena agar anak memahami perasaannya serta merasa memiliki sahabat yang mengerti apa yang dimaunya. Dengan demikian kebiasaannya berteman hanya dengan benda mati dapat terhenti dengan sendirinya.

Memberi bimbingan, intervensi, dan stimulasi pada area hambatan yang dihadapi murid. Menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki. Memfasilitasi kebutuhan peserta didik. Dengan tujuan agar peserta didik dapat meminimalisasi gangguan atau hambatan yang selama ini dimiliki dengan konvensasi atau pengalihan pada perilaku adaftif serta memiliki alternatif kegiatan untuk mengembangkan kemampuan.

Menemukan bakat, minat potensi murid sebagai upaya untuk menebalkan potensi yang telah dimiliki selama ini yang belum tergali. Berharap nanti anak-anak murid yang dicintai bisa mandiri dan mendapat apresiasi bukan diksriminasi atau intimidasi.

Mengikutsertakan murid pada kegiatan di luar. Kegiatan yang melibatkan warga sekolah pun warga masyarakat. Seperti dalam bentuk lomba-lomba atau partisipasi aktif lainnya.

Pada intinya, program yang dibuat berorientasi pada murid serta memposisikan diri sebagai among yang siap memberi teladan yang baik. Membuka jalan atau memberi ide dan prakarsa, serta siap memberi motivasi dan dukungan bagi murid. Sesuai semboyan Ing ngarso sung tulodo ing madyo mangun karso tut wuri handayani.


Salam bahagia bapak/ibu. Semoga tulisan ini bermanfaat.